Friday, November 25, 2011

Had some fun at Dufan





Last Ied Adha, I went to Dufan, Ancol, with my BF. It's such a happy day playing around there. Luckily, we just paid 1 ticket for two persons. To get a discount, I had to buy coca cola product Rp. 10.000 for minimum purchase at Alfamidi or Alfamart. hehehe.... n.n

Monday, November 14, 2011

Love blue

oooowwww I really fall in love with blue color. It represents a calm, cold and romantic thing. Such a marvelous color.




Friday, November 11, 2011

R.I.P my beloved papa




Wednesday, November 2 2011, at 1 p.m my beloved father passed away.

Nggak nyangka banget papa bisa secepat itu pergi meninggalkan kita semua. Sudah lama memang papa mengidap penyakit diabetes dan baru Juni 2011 beliau di vonis menderita gagal ginjal yang mengharuskan beliau untuk melakukan cuci darah seminggu dua kali. Sebelumnya, pada juni 2011 papa dirawat secara intensif selama kurang lebih 20 hari di Rumah sakit Pasar Rebo Jakarta Timur. Hasil laboratorium menyatakan bahwa HB-nya rendah, kreatinin serta Ureumnya jauh melebihi di atas normal. Pada saat itu, tubuh papa sudah agak membengkak dikarenakan terlalu banyaknya cairan yang terdapat didalam tubuhnya.


Selama dirumah sakit, mama selalu menemani papa. Papa nggk mau ditungguin orang lain selain mama. Alhasil, she didnt go to work for almost 20 days. Dan setelah menjalani perawatan di rumah sakit, papa dianjurkan untuk cuci darah oleh dokter. Tetapi, papa dan mama tidak langsung mengikuti saran dokter tersebut untuk cuci darah. Papa mencari pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut tanpa melalui proses cuci darah. Karena pada saat itu papa berpikir, cuci darah harus dilakukan seumur hidup dan hal tersebut berlangsung selama seminggu dua kali. Dan pastinya akan banyak menyita waktu dan menghabiskan banyak biaya.

Sudah banyak jamu yang diminum papa untuk kesembuhannya dan sudah banyak pengobatan alternatif yang didatanginya. Saya dan mama selalu mengantarkan kemana papa ingin pergi untuk berobat. Hingga suatu hari, papa memutuskan untuk cuci darah. Karena itu jalan satu-satunya, atau bisa transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal jelas tidak memungkinkan, selain karena biayanya yg mahal, untuk mencari donor ginjal jelaslah bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Untuk biaya sekali cuci darah juga terbilang mahal, sekali cuci darah bisa dikenakan biaya 600rb - 800rb sekali cuci darah. Sementara papa dianjurkan seminggu dua kali cuci darah. Saya benar-benar mengerti kondisi keuangan keluarga kami pada saat itu. Kami berencana untuk menjual mobil atau tanah untuk biaya cuci darah papa. Di lain pihak, papa bilang agar tidak tergesa-gesa menjual barang2 tersebut. Papa menyarankan untuk mengambil pinjaman di sebuah asuransi ABRI. Selain itu, mama baru berpikir tentang ASKES papa yang belum pernah dipergunakan. Alhamdulillah, setelah bertanya-tanya ke pihak ASKES, ternyata ASKES bersedia menanggung biaya cuci darah papa seumur hidup dengan jatah seminggu dua kali. Kami sangat bersyukur atas kemudahan yang diberikan Allah ini. Akhirnya papa bisa cuci darah tanpa beban biaya yang memberatkan tersebut.

Proses Cuci darah papa berjalan dengan lancar setiap seminggu dua kali dirumkit Polri Sukanto. Saya, kakak dan mama saya bergantian menemani papa cuci darah. Sampai saya banyak akrab dengan perawat-perawat di ruang HD (Haemodialisa) tempat papa cuci darah. Bulan Ramadhan tahun ini, Alhamdulillah papa bisa lancar menjalankan puasa. Tahun-tahun sebelumnya papa jarang bisa puasa full sebulan penuh karena tidak kuat menahan rasa sakitnya tersebut. Selepas bulan ramadhan, kondisi kesehatan papa sedikit mengalami penurunan. Yang biasanya sehabis cuci darah papa terlihat segar, tetapi ini malah sebaliknya. Papa terlihat lemas, kurang bergairah, wajahnya timbul bintik-bintik hitam. Selain itu penglihatan dan pendengaran papa juga berkurang. sampai beliau meminta untuk dibelikan alat bantu dengar.

Tanggal 29 Oktober 2011, kami sekeluarga mendapat kabar bahwa om Diran (di purwokerto) meninggal. Mendengar kabar tersebut, kami sekeluarga berangkat ke purwokerto untuk memberikan penghormatan terakhir untuk om diran yang meninggal secara mendadak. Senin sore kami kembali ke jakarta, dan tiba di jakarta pada selasa shubuh. Selama berada di purwokerto, kondisi papa masih terlihat segar. Hari senin adalah jadwal papa untuk cuci darah. Tetapi dikarenakan kami sedang dipurwokerto, jadi beliau tidak bisa cuci darah. Dan baru sekali ini papa melewatkan jadwal cuci darahnya. Kepala HD nya, mas Urip, menganjurkan kalau papa tidak cuci darah agar selalu dikontrol makannya dan jangan terlalu banyak minum.


Setibanya di jakarta, kondisi papa menurun drastis. Papa terlihat lebih lemas dan mungkin karena efek perjalanan jauh, seharian beliau istirahat dikamar. Sesekali ke kebun belakang melihat ikan-ikannya. Ketika itu juga, papa sadar bahwa ikan Arwana kesayangannya yang besar sudah mati.

Malamnya sekitar jam 11an, saya keluar kamar dan melihat lampu kamar papa masih menyala. Saya melihat sebentar untuk mengecek keadaan, ternyata papa lagi dikerokin sama mama sambil menggigil kedinginan. Sehabis itu saya balik lagi kekamar. Rabu paginya sekitar jam 3 shubuh, saya dibangunkan oleh mama dan mama bilang kalau papa minta di bawa ke rmh sakit pasar rebo. Pada saat itu kondisi saya sedang tidak enak badan. Dan akhirnya papa di antar oleh kakak ipar, kakak dan mama saya ke rumah sakit.

Pagi sekitar jam 10an, mama dan kakak ipar saya pulang kerumah untuk menyiapkan perlengkapan dan kebutuhan papa untuk dirumah sakit. Sementara kakak menemani papa di ruang IW UGD Rumah sakit pasar rebo. Setelah itu, gantian saya yang mengantarkan mama ke rumah sakit. Setelah sampai dirumah sakit pasar rebo, mama mengajak saya untuk cari kamar di rumah sakit Polri Sukanto, karena papa Cuci darah disana, tidak mungkin papa dirawat di pasar rebo. Setibanya di Rumkit Pasar Rebo, kami menanyakan tentang ketersediaan kamar yang ada, tetapi semua kamar dan ruangan penuh. Kami sepakat untuk balik lagi ke rumah sakit pasar rebo.

Sesampainya di rumah sakit pasar rebo sekitar jam setengah satu siang, saya disuruh suster untuk beli cairan infus di apotik. Dan mama sibuk mengurus kamar dan ASKES papa, sementara kakak masih menemani papa di ruang IW. ketika itu kondisi papa lemas dan tak berdaya,dan yang saya lihat beliau masih bernafas dan sedikit bergerak. Sekembalinya beli cairan infus, saya melihat tubuh papa yang terbaring lemah di kasur. Ketika itu juga saya menyadari bahwa papa sudah tidak bernafas lagi, saya melihat ke arah perutnya yang tidak ada gerakan nafasnya. Lalu saya pegang dadanya, tetap tidak ada denyut jantungnya. Mama datang dan langsung saya menanyakan pada mama, kenapa papa tidak ada nafasnya. Mama berusaha untuk membangunkan papa. Lalu kakak memanggil suster dan dokter yang ada di ruang UGD. Setelah diperiksa oleh dokter, and the doctor said that papa's gone. T.T

Perasaan campur aduk antara kesel dan sedih. Kesel pada diri sendiri karena belum maksimal merawat papa selama sakit dan sedih karena secepat itu papa udah pergi meninggalkan kami sekeluarga. Yang ada dipikiran saya saat itu, papa belum lihat saya diwisuda dan papa belum lihat saya menikah dan punya anak. T.T I still need him, need his advices and suggestions. Masih butuh papa untuk menilai bagaimana calon suami saya nanti.

Jenazah papa dikebumikan di Purwokerto atas permintaannya sendiri pada waktu dirawat dirumah sakit juni 2011 kemarin. Malamnya, jenazah papa di bawa ke purwokerto dan dikebumikan kamis paginya sekitar jam 10 pagi.

Selamat jalan papa...
maafkan Anakmu ini yang belum bisa membahagiakan papa.
I love you with all of my heart.
and I'll always pray for you.

Rest in Peace my beloved papa